Mata Udara Kepolisian: Drone Canggih Mengawasi Wilayah Luas Sulit Dijangkau Efisien

Di era modern ini, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari operasional penegakan hukum. Salah satu inovasi paling signifikan adalah penggunaan drone, yang kini berfungsi sebagai “mata udara” bagi kepolisian. Drone canggih mengawasi berbagai wilayah, mulai dari perkotaan padat hingga area terpencil yang sulit dijangkau, dengan efisiensi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kemampuan perangkat nirawak ini dalam pengawasan, pengumpulan data, dan respons cepat telah merevolusi cara kepolisian menjalankan tugasnya.

Drone canggih mengawasi area yang luas jauh lebih cepat dan aman dibandingkan patroli darat atau udara konvensional. Mereka dapat menjangkau lokasi-lokasi yang berbahaya bagi petugas, seperti daerah rawa, hutan lebat, atau reruntuhan pasca-bencana. Dilengkapi dengan kamera beresolusi tinggi, sensor termal, dan kemampuan zoom optik, drone dapat mendeteksi aktivitas mencurigakan, menemukan orang hilang, atau memetakan lokasi kejadian dengan presisi tinggi. Sebuah laporan dari Divisi Teknologi Kepolisian Republik Indonesia pada 14 Juni 2025, menyebutkan bahwa penggunaan drone telah mengurangi waktu pencarian korban di area pegunungan hingga 40%.

Dalam operasi pengawasan lalu lintas, drone canggih mengawasi kepadatan jalan raya, mengidentifikasi pelanggaran lalu lintas, dan membantu mengarahkan arus kendaraan. Ini sangat berguna di kota-kota besar yang sering dilanda kemacetan. Selain itu, drone juga berperan penting dalam misi pencarian dan penyelamatan. Setelah terjadinya gempa bumi di wilayah Barat pada 28 Mei 2025, tim SAR gabungan, termasuk unit drone dari kepolisian, berhasil menemukan beberapa korban yang terjebak di reruntuhan berkat kemampuan pencitraan termal drone yang mampu mendeteksi panas tubuh.

Manfaat lain dari penggunaan drone canggih mengawasi adalah efisiensi biaya dan sumber daya manusia. Dibandingkan dengan menerbangkan helikopter berawak, operasional drone jauh lebih murah dan tidak memerlukan kru sebanyak itu. Ini memungkinkan kepolisian untuk melakukan pengawasan yang lebih sering dan komprehensif dengan anggaran yang lebih terbatas. Petugas operator drone dari Unit Khusus Polri, Bapak Rizal Firdaus, dalam wawancara di sebuah program berita investigasi pada 5 Juni 2025, menjelaskan bahwa “satu drone bisa melakukan pekerjaan yang dulunya membutuhkan belasan personel dan beberapa jam waktu.”

Pengembangan dan adopsi drone canggih mengawasi terus berlanjut di institusi kepolisian Indonesia. Dengan kemampuan analisis data berbasis kecerdasan buatan (AI) yang semakin canggih, drone tidak hanya merekam, tetapi juga dapat menganalisis pola perilaku, mengenali wajah, atau mendeteksi senjata secara otomatis. Ini adalah langkah maju yang signifikan dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di masa depan.