Dalam era informasi modern, kejahatan semakin kompleks dan sering melibatkan jaringan yang terorganisir. Untuk memerangi ini, Bareskrim Polri tidak lagi hanya mengandalkan metode konvensional, melainkan juga memanfaatkan Sistem Analisis Canggih. Teknologi ini mengubah cara penyidik mengungkap kasus, dari sekadar bukti fisik menjadi pola dan hubungan tersembunyi dalam lautan data. Di tahun 2025 ini, kemampuan mengolah dan menganalisis data menjadi kunci keberhasilan penegakan hukum.
Salah satu komponen kunci dari Sistem Analisis Canggih ini adalah perangkat lunak Analyst’s Notebook. Aplikasi ini memungkinkan penyidik untuk memetakan hubungan antara individu, organisasi, peristiwa, dan lokasi yang relevan dengan kasus kriminal. Dengan visualisasi data yang interaktif, penyidik dapat melihat pola-pola yang sebelumnya tidak terlihat, mengidentifikasi aktor utama dalam jaringan kejahatan, serta memahami modus operandi mereka. Misalnya, dari ribuan panggilan telepon, Analyst’s Notebook bisa menunjukkan siapa yang paling sering berkomunikasi dengan siapa, dan pada jam berapa, memberikan petunjuk vital untuk penyelidikan.
Selain itu, Bareskrim Polri juga menggunakan teknologi Big Data Analytics untuk mengolah volume data yang sangat besar, seperti catatan transaksi keuangan, data komunikasi daring, hingga informasi dari media sosial. Sistem Analisis Canggih ini mampu mengidentifikasi anomali, tren kejahatan baru, atau bahkan memprediksi potensi aktivitas kriminal. Sebagai contoh, pada sebuah operasi gabungan yang digelar pada hari Rabu, 18 Juni 2025, di sebuah pusat komando kepolisian di Jakarta, tim siber Bareskrim berhasil membongkar jaringan phishing internasional berkat kemampuan sistem ini dalam menganalisis jutaan data log server secara real-time.
Bareskrim juga telah mengintegrasikan berbagai database kriminal, seperti sistem identifikasi sidik jari otomatis (AFIS) dan database DNA, dengan sistem analisis ini. Integrasi ini memungkinkan penyidik untuk dengan cepat mencocokkan barang bukti yang ditemukan di TKP dengan catatan kriminal yang ada. Misalnya, jika sidik jari ditemukan di lokasi pencurian pada 5 April 2025 di sebuah toko elektronik di Surabaya, sistem dapat langsung melakukan pencarian silang dan mengidentifikasi terduga pelaku dalam hitungan menit.
Penggunaan teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga akurasi dalam penegakan hukum. Dengan data-driven approach, Bareskrim Polri mampu mengungkap jaringan kriminal yang lebih besar dan kompleks, dari narkoba hingga kejahatan siber, serta membawa para pelakunya ke meja hijau. Kemampuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menghubungkan titik-titik data ini adalah fondasi baru bagi strategi penegakan hukum yang proaktif dan responsif terhadap tantangan kejahatan di masa depan.